Kamis, 04 Agustus 2011

Menggapai Kebahagiaan dalam Hidup


     Apakah Anda merasa kurang bahagia hari ini? Ataukah dalam hidup sehari-hari yang telah kita jalani terasa kurang bahagia? Persoalan bahagia dan tidak bahagia ternyata hanyalah persoalan rasa. Ya, rasa dalam hati kita masing-masing. 
     Mungkin Anda tidak percaya, tapi cobalah lihat orang-orang disekeliling kita. Apakah Anda mengira orang yang hidup sebagai pemulung, tukang ojeg, atau pedagang sayur tidak bahagia dalam hidupnya? Apakah kita memastikan tetangga kita yang menjadi direktur sebuah perusahaan, atau tetangga kita yang menjadi pejabat tinggi di pemerintah kabupaten pasti hidup dalam kebahagiaan? Tentu kita akan menjawab 'belum tentu'. Lantas dimana letak kebahagiaan hidup yang sesungguhnya?
 
     Ya, peertanyaan seperti itulah yang perlu kita kemukakan untuk mencari kata kunci kebahagiaan hidup. Ini perlu sehingga kita menjadi tahu dan akhirnya bisa mencari kebahagiaan dalam hidup ini.
     Dengan mengetahui hakikat bahagia maka kita bisa menjalani kehidupan ini dengan senang, tidak terbebani, dan akhirnya bisa sehat jasmani dan rohani.


Sabar dan Syukur

     Apa yang lebih melegakan jiwa raga kita daripada bersyukur dan bersabar? Tidak ada. Karena sabar dan bersyukur adalah dua term yang mampu merepresentasikan kondisi psikologi kita tentang realitas kehidupan ini. Dan kehidupan ini, kata Rasulullah saw. adalah komponen dua term tadi. "Al-Islaamu huwa al-Shabru wa al-Syukru", kata beliau. Maka tidak ada sesuatu yang paling menyakitkan dalam hidup ini jika kita mampu bersabar.


     Seburuk apapun kondisi kita, hanya dengan kemampuan mengelola rasa sabar, rasa berat dan memberatkan itu akan sirna dengan sendirinya. Begitu pula dengan bersyukur, sepahit apapun relita yang menimpa kita, sekecil apapun penghasilan yang kita dapatkan, akan terasa manis dan besar hanya dengan kecerdasan mengelola rasa syukur. Benar kata Emha Ainun Najib, bahwa kemampuan bersyukur sebenarnya berbanding lurus dengan tingkat kebahagiaan seseorang. Semakin pandai ia bersyukur, semakin dekatlah ia dengan kebahagiaan. Ya, karena bahagia sebenarnya sangat subjektif. Maka bisa saja seseorang mampu menikmati penderitaann yang menerpanya, meski bagi orang lain mungkin sangat menyakitkan. Dan disinilah, kepandaian menikmati hal apapun adalah posndasi awal untuk membangun rasa sabar dan rasa syukur.


     Syukur merupakan sebuah ungkapan rasa diri untuk menghargai apa yang telah dimiliki. Bersyukur bukan berarti puas dengan apa yang kita raih, tetapi berawal dari menghargai apa yang telah kita miliki untuk selalu berusaha menjadi yang lebih baik dari hari kemarin. Akhirnya kita perlu bertanya pada diri sendiri sudahkah saya bersyukur hari ini?




***


Rujukan : http://brt.in/UKVEHeSd

Tidak ada komentar:

Posting Komentar