Jumat, 30 September 2011

The Miracle of Speaking

Rahasia Keajaiban Kekuatan Kata-kata

Sudah pernah mendengar kekuatan do'a? atau pernah mendengar cerita Malin Kundang? Nah baru saja saya berselancar ngenet dan menemukan tulisan yang cukup menggelitik pikiran saya. Oleh karena itu coba saya posting juga di blog ini dengan harapan bisa dibagikan kepada para pembaca yang mampir di blog saya ini. Tulisan saya ambil dari blognya Ibu Astri Virgiani dengan judul Efek Kata-kata. Silakan ikuti dengan baik dan ambil pelajaran berharga, dan ini sangat berharga.

Sebaiknya kita semua mulai mengendalikan kata-kata yang keluar dari mulut kita dengan kata-kata yang positif dan baik.
Setelah mendengarkan info tentang pengaruh kata-kata negatif terhadap air yang ditulis dalam buku “The Hidden Messages in Water” karya Masaru Emoto dan pada halaman 31 buku tersebut disebutkan tentang banyaknya orang yang melakukan percobaan, sayapun tertarik untuk melakukannya sbb.:   
1.       Tempatkan nasi sisa yang sudah didiamkan semalaman ke dalam dua toples dengan jumlah yang sama, kemudian ditutup rapat.
2.       Masing-masing toples dilabeli yang berisi kata-kata sbb.:
Toples A : “Kamu Pintar, Cerdas, Cantik, Baik, Rajin, Sabar, Aku Sayang Padamu, Aku Senang Sekali Melihatmu, Aku Ingin Selalu di dekatmu, I LOVE YOU, Terima Kasih”.

Toples B : “Kamu Bodoh, Goblok, Jelek, Jahat, Malas, Pemarah, Aku Benci Melihatmu, Aku Sebel Tidak mau dekat dekat kamu”.
3.        Kedua botol  ini saya letakkan terpisah dan pada tempat yg sering dilihat, saya pesan pada istri, anak, dan pembantu untuk membaca label pada botol tersebut setiap kali melihat botol-botol tersebut.
4.        Dan inilah yang terjadi pada nasi tersebut setelah  satu minggu kemudian :
Nasi dalam botol yg dibacakan kata-kata negatif ternyata cepat sekali berubah menjadi busuk dan berwarna hitam dengan bau yang tidak sedap.
Sedangkan nasi dalam botol yang dibacakan kata-kata positif masih berwarna putih kekuningan dan baunya harum seperti ragi.
Nah Silakan Anda mencobanya sendiri.
Kalau di buku dikatakan ada yang mencoba dengan tiga botol, dan   botol ketiga tidak diberi label apa-apa alias diabaikan / tidak diperdulikan, dan ternyata beras dalam botol yang diabaikan membusuk jauh lebih cepat dibandingkan dengan botol yang terpapar kata ” Kamu Bodoh”.
Bayangkan apa yang akan terjadi dengan anak-anak kita, pasangan hidup kita, rekan-rekan kerja kita, dan orang-orang di sekeliling kita, bahkan binatang dan tumbuhan di sekeliling kita pun akan merasakan efek yang ditimbulkan dari getaran-getaran yang berasal dari pikiran, dan ucapan yang kita lontarkan setiap saat kepada mereka.
Maka sebaiknya selalulah sadar dan bijaksana dalam memillih kata-kata yang akan keluar dari mulut kita, demikian juga kendalikanlah pikiran-pikiran yang timbul dalam batin kita. Arahkan selalu pada hal-hal yang positif. Buktikan dan rasakan dampak yang muncul setelah itu. Jadikan hidup kita hidup yang bermanfaat, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain.

Kamis, 01 September 2011

Belajar Berkata "TIDAK"

Dalam kehidupan sehari-hari sering kita dihadapkan pada suatu keadaan untuk mengatkan "ya", sementara sebenarnya hati kita mengatkan "tidak". Lebih-lebih dalam suasana pergaulan kita orang Indonesia (budaya Jawa) yang setiap ucapan selalu dibalut dengan rasa. Tahukah anda ketika kita berkata tidak? Bahwa dalam hidup ada suatu perbuatan yang sia-sia tapi tak menghasilkan? Perbuatan itu adalah berusaha untuk selalu berkata ”ya” untuk memuaskan orang lain.
Pada kesempatan kali ini, saya akan berbagi sebuah cerita rakyat dari Eropa yang mengilustrasikan hal ini dengan sangat baik. Selamat membaca!

Di suatu pagi hari yang cerah, seorang penggiling tepung dan anaknya pergi untuk menjual hasil gilingannya ke kota. Anaknya menunggangi keledai sementara ayahnya berjalan di sisi keledai itu.
Di perjalanan mereka bertemu dengan seorang dari desa sekitar. Orang itu berkata “Kamu seharusnya malu dengan dirimu sendiri!” Katanya dengan nada merendahkan. “Kamu duduk dengan nyamannya sementara ayahmu yang sudah berumur harus berjalan. kamu tidak punya rasa hormat!” Dengan malu-malu, sang anak dan ayahnya saling menatap dan bertukar tempat dengan rasa malu.
Ketika mereka melanjutkan perjalanan, seorang tua menghardik mereka. Katanya “Bagaimana kamu ini? Duduk dengan nyamannya di atas keledai sementara anakmu kesulitan mengikutimu. Lihat!”
Akhirnya sang ayah memutuskan untuk menunggangi keledai itu bersama dan melanjutkan perjalanan.
Tak lama kemudian, datanglah seorang wanita dari arah sebaliknya. Dia juga menemukan kesalahan pada pengaturan tersebut. “Aku tak pernah melihat kekejaman seperti ini! Kalian berdua terlalu berat untukkeledai yang malang tersebut. Dasar pemalas! Akan lebih pantas bila kalian berdua yang membawa keledai itu dan hasil gilinganmu.”
Karena tak ingin mengecewakan wanita itu, sang ayah memerintahkan anaknya untuk mengikat kedua kaki keledai tersebut. Sementara ia memotong sebuah batang yang panjang dan kuat untuk membawanya. Mereka berdua kemudian meyisipkan batang tersebut diantara kaki-kaki keledai yang kini sudah terikat. Mereka membawanya seperti orang suku yang baru mendapatkan tangkapan dan melanjutkan perjalanannya ke kota.
Ketika mereka menyebrangi sungai, keledai mereka ketakutan melihat pantulan dirinya di air sungai yang belum pernah dilihat sebelumnya. Keledai itu mulai meronta-ronta dengan sangat kencang dan menyebabkan kedua pemiliknya kehilangan kesimbangan dan melepaskan pegangan mereka.
Keledai itu terjatuh ke sungai dan tidak bisa berbuat apa-apa karena masih terikat. Singkat kata, keledai itu mati terseret arus air dan tenggelam. Sedangkan kedua pemiliknya hanya melihat dengan pasrah.
Moral of the story: After a moment of silent reflection, the father turned to the boy and spoke: ”Son, we learned a valuable lesson today. We learned that when you try to satisfy everyone, you end up losing your ass*.”
Moral dari cerita: Setelah terdiam dan merenung beberapa saat, sang ayah berpaling ke anaknya dan berkata: Nak, kita mendapat pelajaran berharga hari ini. Kita belajar bahwa; ketika kamu berusaha untuk memuaskan semua orang, kamu akan kehilangan bokong*mu.”
Cat: Dalam bahasa Inggris, keledai dan bokong memiliki penulisan yang sama (ass). Kehilangan bokong dapat diartikan sebagai merugikan diri sendiri.
Karena kita semua ingin disukai, kita berusaha untuk memuaskan. Bila tidak dikendalikan, kebutuhan kita untuk diterima oleh orang sekitar dapat menempatkan kita pada misi yang tidak berkesudahan dan sia-sia. Biasanya hal ini ditemui ketika kita menolong seseorang (seperti anggota keluarga, teman, rekan, atau masyarakat) secara terpaksa karena rasa “nggak enak lah!
Hal ini seringkali menjadi penghalang kita dalam mencapai tujuan atau ambisi pribadi.
Ketidakmampuan untuk berkata “tidak!” adalah salah satu penyebab maraknya penyalahgunaan narkoba, dan minuman keras. Jadi, apa yang anda tunggu lagi? Bila anda melakukan sesatu dengan terpaksa dan rasa tidak enak hati, angkat tanganmu, angkat handphonemu dan jangan ragu katakkan “tidak” untuk hal-hal yang tidak sesuai dengan hati nuranimu. Mulailah sekarang dan rasakan manfaatnya!
Ingatlah kata-kata si penggiling tepung.
When you try to satisfy everyone, you end up losing your _ _ _ !”