Ada baiknya kita mengenal dan memahami perilaku alam. Untuk apa? Tentu agar kita bisa bersahabat dengan alam. Setidaknya kita bisa memperlakukan alam dengan benar, karena pada intinya kitalah yang harus menyelaraskan dengan perilaku alam. Kalau tidak, ya kita sendiri yang menanggung resikonya.
Kali ini mari saya kenalkan dengan La Nina dan El Nino. "Saudara kembar" ini masing-masing mempunyai karakteristik yang berbeda seratus delapan puluh derajat, alias lawan katanya, atau kebalikannya. La Nina dan El Nino adalah gejala alam 'yang tentunya diciptakan oleh Tuhan juga' untuk kita para manusia yang menghuni di planet bumi.Makanya perlu kita kenali siapa La Nina dan El Nino, sehingga sedikit banyak kita bisa bersahabat atau stidaknya kita bisa menghindar kalau "dia" sedang marah. Nah ini saya ambil dari Wikipedia, penjelasannya sebagai berikut:
La Niña (pron.: /lɑːˈniːnjə/, Spanish pronunciation: [la ˈniɲa]) is a coupled ocean-atmosphere phenomenon that is the counterpart of El Niño as part of the broader El Niño–Southern Oscillation climate pattern. During a period of La Niña, the sea surface temperature across the equatorial Eastern Central Pacific Ocean will be lower than normal by 3–5 °C. In the United States, an episode of La Niña is defined as a period of at least 5 months of La Niña conditions. The name La Niña originates from Spanish, meaning "the girl," analogous to El Niño meaning "the boy."
La Niña, sometimes informally called "anti-El Niño", is the opposite of El Niño, where the latter corresponds instead to a higher sea surface temperature by a deviation of at least 0.5 °C, and its effects are often the reverse of those of El Niño. El Niño is known for its potentially catastrophic impact on the weather along the Chilean, Peruvian, New Zealand, and Australian coasts, among others. It has extensive effects on the weather in North America, even affecting the Atlantic Hurricane Season. La Niña is often, though not always, preceded by an El Niño.
La Nina dan El Nino sendiri bisa dikatakan sebuah
gejala yang menunjukkan perubahan iklim. El Nino (bahasa Spanyol) adalah
peristiwa memanasnya suhu air permukaan laut di pantai barat Peru – Ekuador
(Amerika Selatan yang mengakibatkan gangguan iklim secara global). Biasanya
suhu air permukaan laut di daerah tersebut dingin, karena adanya up-welling (arus dari dasar
laut menuju permukaan). Menurut bahasa setempat El Nino berarti bayi laki-laki
karena munculnya di sekitar hari Natal. (He ..he… kalau El Nino berarti anak cowok, La
Nina berarti anak cewek dong!?)
Di Indonesia, gejala alam ini berkaitan dengan
angin muson. Pergerakan angin muson yang datang dari Asia dan membawa banyak
uap air, sebagian besar juga berbelok menuju daerah bertekanan rendah di pantai
barat Peru – Ekuador. Akibatnya, angin yang menuju Indonesia hanya membawa
sedikit uap air sehingga terjadilah musim kemarau yang panjang.
Hujan yang tersur menerus saat ini ada
kaitannya dengan faktor La Nina. Pengaruh La Nina ini diprediksi cukup lama.
biasanya berlangsung sampai bulan Juni. Sehingga ada kemungkinan musim
penghujannya lebih panjang, dan musim kemaraunya bisa lebih singkat. Siklus La
Nina sendiri biasanya muncul 7-10 tahun sekali, namun dalam beberapa tahun
terakhir muncul lebih awal. Fenomena itu dipengaruhi oleh aliran sistem air
dari Samudera Pasifik. Wilayah Indonesia kebetulan terlewati aliran sistem air
dari Pasifik ke Samudera Hindia. Jadi La Nina maupun El Nino sangat
berpengaruh terhadap musim di Indonesia.
Dari sedikit pengetahuan tentang La Nina dan El Nino ini mudah-mudahan kita menjadi lebih arif dalam menyikapi keadaan (baca: cuaca) saat ini dan masa yang akan datang. yang penting kita harus selalu siap dan mampu beradaptasi dalam segala kemungkinan yang terjadi di alam. Oke!?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar