Dengan bergantinya hari yang ditandai dengan
tenggelamnya matahari terakhir di bulan Ramadhan, muncullah bulan Syawal. Kala
itu takbir menggema di seluruh penjuru untuk mengagungkan Allah, sekaligus wujud
sebuah pengakuan dari hambanya yang telah lulus dalam diklat Ramadhan. Predikat
takwa telah diraih oleh mereka yang lulus dalam diklat. Predikat Muttaqin
(orang yang takwa) tertulis dalam dada sebagai symbol kemenangan dari
perjuangan selama diklat satu bulan. Materi utama dalam mengikuti pendidikan
dan latihan tersebut adalah melawan hawa nafsu diri sendiri. Itulah perjuangan terbesar manusia. Dan kita
telah melaksanakannya.
Predikat
takwa tampak tercermin dari pengakuan yang tulus bahwa Allah saja yang maha
besar; yang lainnya adalah kecil. Memang begitulah sesungguhnya fakta yang ada.
Namun seringkali kita lupa sehingga kadangkala kita merasa besar, merasa
superior dan menganggap yang lainnya inferior, suka merasa lebih dari yang lain
sehingga muncul tindakan-tindakan yang membanggakan diri sendiri dan tidak mau
kalah, tidak mau diungguli oleh teman kita. Manakala ada teman kita yang
berprestasi serta merta menjadi sinis seolah tidak rela. Maunya prestasi itu untuk
dirinya, bukan untuk orang lain.
Alahu
akbar, Allahu akbar, Allahu akbar. Lailaha illa Allah, Allahu Akbar. Allahu
Akbar walillahilhamdu. Dengan kalimat takbir yang kita ucapkan dalam menyambut HariRaya
Idul Fitri ini mudah-mudahan sifat dan sikap sombong diri kita pupus oleh
Diklat Ramadhan (puasa selama satu bulan penuh di bulan Ramadhan) pada tahun ini.
Dengan sikap yang mau merendah ini mudah-mudahan menjadi bekal untuk kita
meraih kesuksesan di masa depan. Karena tidak ada kesuksesan yang dilandasi
sikap sombong.
Kesuksesan dalam melaksanakan puasa di bulan Ramadhan, membawa
seseorang kembali dalam fitrahnya sebagai manusia. Fitrah manusia yang lahir di
dunia ini adalah putih bersih tanpa noda. Kondisi fitrah inilah yang jiwa-jiwa
manusia tunduk dan patuh berserah diri kepada Allah. Sikap berserah diri itulah
yang disebut dengan istilah lain islam. Orang yang berserah diri jelas-jelas
jauh dari sikap sombong dan mengagungkan diri sendiri. Kondisi fitrah manusia
setelah dewasa bisa terwujud kembali setelah kita melaksanakan ibadah puasa
Ramadhan. Makanya orang menyebutnya hari kemenangan ini sebagai hari raya Idul
Fitri.
Dengan Idul Fitri tahun ini, marilah kita isi kembali lembaran
putih ini dengan goresan prestasi yang membanggakan sehingga menjadi kesuksesan
bagi diri kita masing-masing. Jadikan kondisi fitri ini menjadfi modal awal
meraih kesuksesan dimasa yang akan datang, jangan sampai lembaran yang bersih
ini kita kotori dengan perbuatan dan tindakan yang kontra produktif.