Selasa, 09 September 2014

KRITIK SOSIAL PERLU SANTUN

Kemerdekaan dalam berpendapat jangan diartikan bebas tanpa batas. Kenyataannya ada pihak-pihak yang merasa dirugikan dan merasa terganggu ketika ada kritik yang disampaikan dengan cara-cara yang tidak sopan. Wal hasil pihak penyampai kritik pun ditangkap oleh pihak yang berwajib atas dasar ada aduan dari pihak-pihak yang dirugikan. Begitulah yang terjadi belakangan ini di Yogyakarta dan di Bandung.

Mungkin maksudnya bukan mau membuat orang lain marah, atau terganggu atas apa yang disampaikan. Tujuannya adalah menyampaikan pendapat sekaligus kritik agar ada perbaikan terhadap kondisi sosial yang disampaikan. Dengan kata lain, maksud tulisan yang diunggah di media sosial memang ditujukan kepada khalayak ramai agar diketahui oleh orang banyak dan orang banyak tersebut merespon dengan perubahan yang positif. Namun niat baik ternyata tidak semuanya bisa diterima dengan baik oleh orang lain. Malah sebaliknya justru dengan kritik tersebut orang lain malah marah dan melaporkan kepada pihak yang berwenang. Kok, bisa begitu?

Ya, inilah perlunya komunikasi harus dibangun dalam bentuk yang lebih baik. Ada kemasan yang menarik, dengan tutur bahasa yang sopan, tetapi tetap sampai pesan yang diinginkan. Inilah yang dimaksud santun dalam menyampaikan pendapat. Saya yakin jika mahasiswa UGM (siapa namanya?) dan juga mahasiswa di Bandung yang mengkritik kepada Pemerintah setempat dengan bahasa yang santun tentu tidak akan ada lapor-melapor yang berujung dengan urusan polisi karena dianaggap sebagai tindakan kriminal.

Belajar dari dua peristiwa tersebut, mari biasakan berkomunikasi dengan bahasa yang santun. Bahasa sebagai alat komunikasi yang terucap/tertulis merupakan hasil buah pikiran yang bersangkutan. Tutur kata yang terucap memang mewakili dari kepribadian dan karakter yang bersangkutan. Oleh karena itu manakala yang terucap/tertulis merupakan bahasa yang kasar, sudah pasti kepribadian yang bersangkutan juga kasar. Oleh karena itu berhati-hatilah dalam berkomunikasi. Gunakanlah tutur bahasa yang baik, santun. Ada pepatah lama yang sudah jarang terdengar belakangan ini, "Bahasa Menunjukkan Bangsa". Maksudnya ucapan seseorang dalam berkomunikasi menunjukkan nilai kepribadian orang yang bersangkutan.

Nah ada satu lagi yang juga perlu diingat, yang ini cukup populer. "Mulutmu Harimaumu". Kira-kira apa maksudnya?! Ya, Anda pasti sudah tau. Yang terpenting, mulai sekarang semua bisa belajar dari kasus Yogyakarta dan Bandung, dalam kritik mengkritik melalui jejaring media sosial.